Saturday, 18 April 2015

Gara-Gara Ujian Nasional


Beberapa hari yang lalu, UN alias Ujian Nasional untuk tingkat SMA dan sederajat baru saja selesai dilaksanakan. Berbeda dengan tahun sebelumnya, kini ada hal yang baru pada UN 2015. Apakah itu? Yaps, tahun ini ada yang namanya UN online. Kini siswa mengerjakan UN bukan lagi dengan kertas ujian saja, melainkan juga melalui sistem komputer. Enak banget, kan?

Bayangkan dengan jaman kita waktu SMA dulu (baca: ciee, udah pada tua), ketika kita harus melingkari kertas dengan sangat hati-hati sekali, karena ada guru yang mengatakan seperti ini:

“Kalau kamu ngisi kertas ujian, jangan terlalu tebal, ya! Tapi kalau bisa, jangan terlalu tipis juga, ya! Soalnya nanti gak bakal kebaca di mesin komputernya dan kalau gak kebaca, kamu bakal gak lulus UN loh,” ujarnya dengan sok bijak, berusaha menakut-nakuti.

Seperti kita tahu, UN adalah momok yang sangat menakutkan bagi para anak SMA tingkat akhir, termasuk juga gue dulu. Bagaimana tidak takut, angkatan gue yakni angkatan 2013 adalah angkatan ‘kelinci percobaan’ UN kala itu.

Bagi angkatan SMA/SMK tahun 2013, mari kita flashback sedikit masa-masa kita UN dulu. Dimulai dari percobaan penambahan paket soal, yang awalnya hanya 2 paket soal, kemudian diubah menjadi 20 paket soal. Gila nggak tuh, namanya?! Itu belum apa-apa. Tidak lama setelah itu, pemerintah kembali membuat peraturan, kalau soal UN harus menggunakan sistem barcode. 


Ya, barcode adalah garis-garis item di belakang bungkus chiki itu loh. Dengan sistem tersebut, kita tidak bisa tahu apa paket soal yang kita peroleh, kecuali menggunakan mesin barcode. Dengan kata lain, jika kalian ingin mencotek ke teman sebelah kalian, maka kalian harus berlari dulu ke Indomaret, untuk mengetahui kode soal tersebut. Ribet banget, kan? Iya, begitulah.

Di sini, gue juga ingin membahas sedikit, tentang ‘ritual’ yang sering terjadi saat menjelang UN. Tentu saja, hal pertama yang selalu dipersiapkan saat UN adalah, kunci jawaban. Bahkan, H-1 sebelum UN biasanya akan ada yang namanya, gladiresik mencontek saat UN.  Kemudian, ada juga ritual, dimana siswa harus meminta maaf kepada para gurunya sebelum UN. Katanya sih, kalau sudah meminta maaf kepada gurunya, siswa akan bisa mengerjakan soal ujian dengan mudah dan lancar. Bahkan, tidak sedikit pelajar yang juga meminta maaf kepada para mantannya, agar sukses menjalani UN. Terus, kalau yang nggak punya mantan, gimana? Itu mah, derita lo!

Biasanya juga, banyak sekali siswa yang rela menginap di sekolahnya, karena takut terlambat datang saat UN. Lalu, ada juga kegiatan doa bersama yang biasanya dilakukan hingga malam hari. Kemudian, ritual yang terakhir dan selalu terjadi dari tahun ke tahun yakni, kesurupan massal. Bisa dibilang, mungkin hanya di Indonesia saja, pada setiap kali UN selalu terjadi kesurupan massal dan rutin dari tahun ke tahun. Setidaknya, dari kesurupan massal tersebut, kita bisa mengambil nilai positif dari kejadian tersebut. Itu tandanya, hantu di Indonesia memiliki motivasi yang tinggi untuk belajar, sampai-sampai mereka juga ‘mengikuti’ UN. Wow, keren!

Kenapa sih, ‘ritual’ tersebut selalu rutin dilakukan dan terjadi setiap tahun? Memangnya, UN itu sebegitu menakutkan, yah?  Sebagai mantan anak SMA yang pernah ikut UN, menurut gue sih biasa saja dan tidak ada yang perlu ditakutkan. Toh, kenapa harus takut, memang di ruang ujian ada sosok yang seram gitu, kayak misalnya, lo ketemu calon mertua di ruang ujian? Nggak gitu, kan?  So, biasa saja, nggak usah takut sama UN dan jangan hanya gara-gara UN, kalian membuang-buang waktu dan pikiran kalian. Maksudnya itu, UN tidak akan menjamin kalian bakal menjadi orang gagal atau orang suskses kok. Sama sekali, tidak menjamin! Yang bisa menjamin semuanya itu adalah, diri kalian sendiri.

Jika ada yang ingin bertanya atau sekedar sharing, silahkan isi comment box di bawah J

0 komentar:

Post a Comment