Hmm, lebaran tinggal menghitung hari. Sudah banyak orang
berpergian ke kampung halamannya masing-masing. Pergi dari kota menuju desa dan
biasa kita sebut itu, mudik. Bukan rahasia lagi, ketika musim mudik tiba, maka
kota-kota besar (baca: seperti Jakarta) akan mendadak menjadi ‘bersih’ dari
banyak hal. Setidaknya ini bisa menjadi prestasi tersendiri bagi Pak Ahok,
karena bisa menciptakan Jakarta yang bersih dan bebas dari; polusi, macet, dan premanisme.
Walaupun hanya seminggu, setidaknya itu merupakan hal yang langka bila terjadi
di Jakarta. Ya, sangat langka sekali.
Bicara soal mudik, beberapa hari yang lalu, gue sempat membaca
beberapa status dari teman yang sedang mudik. Di status tersebut, mereka mengungkapkan
perasaan saat berada di desa / kampung halaman. Ada yang senang, namun tidak
sedikit juga yang kesal. Lah, lagi liburan kok malah kesal, sih? Nah, oleh karena
itu, di tulisan kali ini, gue akan membahas hal tersebut. Mengenai apa-apa saja
yang paling sering dikeluhkan oleh anak kota, ketika berada di desa.
Jarak yang Jauh
Sudah bukan rahasia lagi, kalau anak jaman sekarang sangat
rentan dengan namanya, jarak. Bahkan ketika mudik pun, banyak anak kota yang
merasa tidak bisa sabar menunggu, karena jarak yang jauh. Biasanya, tipe anak
seperti ini akan bawel dan banyak bertanya ketika di perjalanan.
Contohnya seperti ini: “Ini
udah di mana sih?” bisa juga seperti ini, “Aduh, kok lama banget sih sampeknya?” atau mungkin juga, “Ah, tau jauh gini, mending tidur di rumah
aja deh.”
Biasanya, anak seperti ini adalah anak yang mudik dengan
menggunakan transportasi darat atau laut. Memang tidak banyak pilihan yang bisa
dilakukan, untuk meladeni anak tersebut. Hanya ada 2 pilihan yakni; A) terus
menjawab pertanyaan si anak terus-menerus, sampai lidah keriting. Atau B) hanya
diam saja, kemudian ‘melempar’ si anak di tengah jalan. Lagipula, namanya juga
mudik ya pasti jauh lah, kalau dekat itu sih namanya piknik. Hadeh.
Gak Ada Sinyal
Ini merupakan masalah klasik dan paling serius, ketika anak
kota sedang berkunjung ke desa. Seolah, tidak bisa hidup tanpa gadget, persoalan sinyal pun selalu
menjadi hal yang paling sering dikeluhkan. Bagi anak kota, gadget itu merupakan ‘nyawa’ kedua bagi mereka. Dengan tidak adanya
sinyal, maka banyak hal juga akan jadi terhambat. Seperti misalnya, tidak bisa menghubungi
pacar di kota (baca: bagi yang punya saja), tidak bisa memposting foto di Path,
atau tidak bisa update Dubsmash.
“Ah, sinyalnya bafuq
nih di sini,” mungkin juga, “Sh*t,
mau upload foto aja susah banget di sini,” atau bisa jadi, “Ah, gue belum update Dubsmash nih, kasian
followers gue pasti udah nungguin,”
Lo mau tinggal di desa, tapi sinyal tetap kuat? Mending lo
liburan aja di atas tower Indosat!
Gak Ada Mall
Sudah bisa ditebak dong, ini kebiasaan siapa? Ya, benar
sekali, anak perempuan! Berbelanja atau sekedar melihat barang-barang
bertuliskan “SALE” merupakan hobi yang sudah melekat di hampir semua perempuan
kota. Mungkin jika digamabarkan, beberapa hari saja tidak pergi ke Mall, rasanya badan seolah menjadi gatal
semua.
Tentu saja, hal seperti ini akan sulit ditemukan di desa.
Ketika biasanya di Mall, kita biasa
melihat sepatu High-Heels, Time Zone, dan Star Bucks. Mungkin di desa, kita
hanya akan menemukan bakiak, odong-odong, dan wedang jahe. Tapi nggak usah
khawatir, barang-barang di desa nggak kalah kok kualitasnya dengan barang di Mall, walaupun namanya tidak terlalu keren
dan memakai bahasa Inggris. Ingat, Cintailah,
ploduk-ploduk Indonesia! :D
Bau Kotoran Hewan
Terkadang, desa memanglah tidak ‘sebersih’ di kota. Walaupun
perlu diakui, kesadaran orang desa terhadap membuang sampah, jauh lebih tinggi
dibandingkan orang kota. It’s Fact! Tapi
disini gue tidak ingin membahas sampah, melainkan kotoran hewan. Bisa dibilang,
kotoran hewan merupakan hal baru bagi anak kota. Apalagi, kalau kotoran hewan
yang dimaksud seperti; kotoran kambing, kuda, sapi, ataupun babi. Maklum,
karena bila di kota besar, hewan-hewan seperti itu hanya ada dalam bentuk makanan
sudah siap olah dan makan saja.
Ya, setidaknya dengan mencium ‘wewangian’ seperti itu,
kalian bisa melatih indera penciuman agar bisa lebih peka lagi. Maybe.
Susahnya Mencari Tempat M.C.K Bersih
Mandi, Cuci, Kakus atau sering kita singkat sebagai M.C.K memang merupakan kebutuhan pokok yang harus dilakukan setiap hari. Namun sayangnya, di desa sendiri belum terlalu banyak tempat M.C.K yang memadai. Seperti misalnya, kamar mandi yang masih menggunakan bilik bambu sebagai pembatas di setiap sudutnya. Jadi, bukan tidak mungkin, ketika kita mandi akan ada orang yang mengintip kita.
Hmm, memang tidak nyaman sih, tapi mau bagaimana lagi? Masak iya, hanya karena rasa parno atau takut ada yang mengintip, kita harus tidak mandi atau tidak BAB selama berminggu-minggu? Kalau gue sih, No!
Disuruh Makan Terus
Entah, ini hanya terjadi di keluarga gue saja atau memang
ini kebiasaan di setiap orang mudik. Biasanya, ketika kita berkunjung ke rumah
saudara di desa, pasti kita akan ‘dipaksa’ untuk selalu makan terus-menerus.
Bahkan bisa dibilang, hampir setiap 30 menit kita selalu ditawari untuk makan
lagi, lagi, dan lagi.
Mungkin, itulah yang pernah gue alami beberapa tahun lalu,
saat pulang ke rumah Kakek-Nenek di daerah Pare, Jawa Timur.
“Le, mangano maneh! Iki
iwak sik akeh loh,” ucap nenek gue, menawarkan untuk makan lagi.
“Ora usah, Mbok. Sampun
kok, Mbok,” ucap gue, menolak dengan halus.
“Ojok sungkan-sungkan,
iki Mbah jupukno maneh, yo!” ucapnya, sambil langsung menaruh nasi di atas piring gue.
“-____-“ Dan gue,...
Hanya bisa pasrah.
Makanan Gak Enak
Beda tempat, beda pula kulinernya. Tidak jarang, anak kota
merasa tidak nyaman tinggal di desa, karena menurut mereka makanannya tidak
enak, higienis, dan bergizi. Tentu saja, bukan hal mudah memang, untuk merubah
kebiasaan yang awalnya makan Ayam KFC, menjadi nasi pecel campur peyek teri.
Tapi jangan salah, justru makanan desa jauh lebih sehat,
daripada makanan kota loh. Kenapa? Karena, makanan desa diambil dari kebun atau
perternakan terdekat dan langsung diolah. Selain itu, makanan di desa juga jarang
menggunakan Msg, Msc, ataupun M.C.K.
Sebenarnya kalau menurut gue, tidak ada makanan yang enak
maupun tidak enak di dunia ini. Yang ada hanyalah, makanan yang ‘sudah biasa’
dan ‘tidak biasa’ kita makan. Yaps, semua berawal dari kebiasaan saja.
Mungkin, itulah beberapa hal yang sering dikeluhkan anak
kota ketika sedang mudik. Gue harap sih, kalian yang membaca tulisan ini, tidak
termasuk dari kategori di atas. Ingat, tujuan kalian mudik adalah untuk liburan
atau silahturami dan bukan untuk
mengeluh, kan? So, nikmati
saja mudik kali ini, semoga bisa menjadi mudik yang menyenangkan dan berkesan.
Salam untuk seluruh keluarga di desa, ya!
Heheh #SokAkrab
Jika ada yang ingin bertanya atau sekedar sharing, silahkan isi comment box di bawah J
Tulisan ini juga bisa kalian temukan di Nyunyu.com, loh!
Jika ada yang ingin bertanya atau sekedar sharing, silahkan isi comment box di bawah J
Tulisan ini juga bisa kalian temukan di Nyunyu.com, loh!
4 komentar:
hehehe... analisanya kocak banget
Efek gak bisa mudik, jadi cuma bisa menganalisa orang yg lagi mudik aja, Mbak, heheh.
Sebelumnya, terima kasih sudah berkunjung, Mbak :)
Tentang 'disuruh makan terus' itu bener banget. Btw gue dikampung juga disuruh makan mulu hahaha nice posting don ;)
Hehe, iya bener, disarankan bagi yg lagi diet jangan mudik :D
Wah, makasih aja deh, karna udah mau baca2 dan berkunjung kesini :) heheh.
Post a Comment