Masalah demi masalah, hanya bisa gue pendam, pendam, dan
pendam! Hingga akhirnya, semuanya pun kian terkumpul di kepala gue. Seolah,
sebentar lagi kepala gue akan meledak dengan dahsyat. BOOM! Kemudian, hancur
dan lenyap tak tersisa.
Terkadang, ingin sekali gue bisa memiliki sosok teman,
sahabat, keluarga, atau apapun itu namanya. Tempat di mana, gue bisa bersandar
dan mendapatkan ‘kuping’ untuk berbagi kisah-kisah gue yang pilu dan tidak
banyak orang yang tahu. Namun, di satu sisi, ada keraguan dalam diri gue.
Seolah, diri ini selalu berkata, “Apa
mungkin dia mau mendengarkan cerita gue?
atau, Lalu, kalau gue cerita, apa masalah gue akan selesai?”
Kata-kata itulah, yang akhirnya selalu membuat gue lebih memilih untuk memendam segala gelisah di dalam hati.
Kata-kata itulah, yang akhirnya selalu membuat gue lebih memilih untuk memendam segala gelisah di dalam hati.
Pernah gak sih, kalian merasakan sepi dan kosong, padahal
kalian sedang berada di keramaian? Entah itu
moment setelah kalian diputusin pacar, ditinggal pergi selamanya oleh orang
tua, atau terjebak oleh kenangan masa lalu. Gimana rasanya? Tidak enak, bukan?
Apalagi, ketika kita harus melihat orang-orang di sekeliling kita tertawa
lepas, padahal di saat yang sama, kita justru ingin berteriak kencang atau
bahkan, menangis.
Sebesar apapun kesedihan yang menimpa, gue percaya kita
lebih kuat dari kesedihan tersebut. Dan gue juga percaya,setiap orang memiliki
cara yang tersendiri untuk melawan kesedihannya. Tidak jarang, ada yang sampai memakan
puluhan batang cokelat, memukul tembok sekencang mungkin, atau berteriak kencang
di atas gunung, hanya untuk melupakan kesedihannya. Sama seperti orang pada
umumnya, gue juga memiliki cara tersendiri untuk melupakan kesedihan. Yaps, ini
adalah bagian dari cara yang gue maksud, yakni: dengan menulis! Setidaknya,
setelah menuliskan semuanya di sini, perasaan gue jauh lebih baik dari
sebelumnya. Tentu saja gue berharap, ketika kalian melihat tulisan ini, akan
ada yang berkata : “Semangat ya!” atau,
“Aku mau kok jadi tempat curhat kamu,” atau, “Jangan sedih lagi ya, apalagi
sampai menangis, malu sama kucing loh, meong, meong, meong.”
Tujuan gue menulis semua ini, bukanlah untuk mencari
simpati, apalagi sensasi. Melainkan, gue hanya ingin kalian tahu, bahwa: Semua
orang berhak untuk memiliki kesedihan, karena sejatinya dari kesedihanlah, kita
akan belajar untuk tersenyum kembali.
Ini caraku untuk melupakan kesedihan, kalau caramu?
Jika ada yang ingin bertanya atau sekedar sharing, silahkan
isi coment box di bawah J
0 komentar:
Post a Comment