Hari ini, gue ingin berbagi tentang pengalaman saat kemarin berkunjung ke Jakarta Book Fair. Acaranya sendiri diadakan di Pintu Timur Senayan, Jakarta Selatan. Lokasinya sih, tidak jauh dari kostan gue di daerah Ciledug. Namun, masalahnya, selama di Jakarta gue sama sekali belum pernah keluar sendiri menggunakan Bus. Serius! Yo maklum lah, aku iki kan wong Suroboyo, bukan wong asli Jakarta, Rek.
Bisa dibilang, kemarin gue ke Jakarta Book Fair bermodalkan semangat, niat, dan nekad. Setidaknya
gue sadar diri, kalaupun gue nyasar di Jakarta, tidak mungkin ada yang mau
menculik, apalagi memperkosa gue.
Perjalanan gue mulai dengan berangkat dari Ciledug ke Blok M.
Gue pergi dengan menaiki Metro Mini no. 69 yang gue stop di depan kampus tercinta, Universitas Budi Luhur. Kemudian,
gue pun duduk di bagian paling belakang. Dekat dengan Ibu bertubuh tambun, yang
tak lain merupakan seorang kernet Metro Mini. Di sebelah gue, duduk seorang
pria bertopi hitam membawa gitar kecil berwarna kuning. Dari situ gue yakin,
dia bukanlah pesulap, melainkan hanyalah seorang pengamen.
Sambil menunggu macet di daerah Cipulir, gue pun iseng
bertanya ke Ibu kernet Metro Mini, “Bu,
kalau mau ke Senayan, saya nanti harus naik Bus apalagi, ya?” Si Ibu pun
menjawab dengan seadanya, “Oh, naik 102,
warna kuning.” Kata si Ibu singkat.
Gue pun mengikuti kata Ibu tersebut, gue kemudian berpindah
ke Bus no.102 jurusan Ciputat-Tanah Abang. Sebenarnya gue sedikit ragu, karena
dari namanya saja, tidak tertulis tujuan ke Senayan. Gue mulai panik, akan nyasar sampai ke Tanah Abang. Sambil
melihat kanan-kiri, akhirnya gue lega
setelah melihat banyak umbul-umbul Jakarta
Book Fair di sekitar jalan. Tanda kalau gue sudah dekat ke arah Senayan.
Hingga ada seorang Ibu-ibu yang bertanya, “Bang, saya nanti turun di pameran ya! Itu
loh, pameran buku, Bang,” jelas Ibu tersebut, dengan suara setengah teriak.
Kemudian, Abang kernet pun hanya mengacungkan jempol, tanda bahwa ia mengerti
maksud dari Ibu tersebut. Dalam hati, gue begitu senang sekali. Akhirnya, gue
punya teman untuk diajak ke Jakarta Book
Fair. Walaupun, sebenarnya gue berharap jalan dengan gadis yang seumuran,
bukan dengan Ibu-Ibu berusia 50 tahun.
Singkat cerita, kalian tau, kami turun di mana? Senayan? Bukan, melainkan di depan Palmerah. Ternyata,
Abang kernet itu mengira kami ingin turun di Palmerah, bukan Pameran. Akhirnya,
gue dan dua orang Ibu berkerudung tersebut jalan dari depan Palmerah menuju
Senayan. Kalau gue sih, gak masalah harus jalan kaki, tapi gue ngeri, tulang
Ibu-ibu di sebelah gue akan kendor
karena jalan terlalu jauh.
Sambil jalan, kami pun bercerita satu sama lain. Ternyata,
mereka ke Senayan bukan untuk cuci mata atau mencari berondong, melainkan
mereka ingin berbelanja perlengkapan sekolah dengan menggunakan KJP (Kartu
Jakarta Pintar). Setelah masuk di Senayan, belum sampai di tujuan, tiba-tiba
ada petugas event Jakarta Book Fair berhenti di depan
kami. Ia pun menawarkan tumpangan kepada dua Ibu tersebut untuk menuju Pintu
Timur, Senayan. Ya, akhirnya mereka gonceng
tiga dengan menggunakan sepeda motor Mio, mirip kayak Terong lagi dicabein. Gue?
Ya, gue ditinggal sendiri oleh mereka. Dasar,
wanita tidak setia! Ngeliat ada yang pakai motor dikit, yang cuma jalan kaki
langsung diabaikan begitu saja! #curcol
Singkat cerita, setelah jalan sendirian seperti jomblo
menuju Pintu Timur, Senayan, akhirnya gue sampai juga di sana. Tanpa menunggu
lama, gue langsung masuk ke dalam. Baru masuk, gue dikejutkan oleh sebuah
replika berupa Brontosaurus. Seolah, gue sedang masuk ke dalam launching Film dari “Jurassic World” siang itu.
Selamat datang di "Jurassic World" Indonesia! |
Setelah masuk, kalian tau ke mana tujuan pertama gue? Salah,
bukan ke toilet. Melainkan ke Stand dari
Argomedia Book. Tempat dimana bernaung dua penerbit idola gue, yakni Bukune dan
Gagas Media. Penerbit yang sudah menerbitkan buku-buku keren, best seller, dan pastinya juga
melahirkan para penulis hebat. Penulis itu di antaranya : Raditya Dika, Benz
Bara, Alitt Susanto, Indra Widjaya, Kevin Anggara, dan masih banyak lagi
lainnya. Sama halnya, seperti gue fans
bola yang mengidolakan Real Madrid, begitu pula gue mengidolakan Bukune dan
Gagas Media. Ya, suatu kebanggaan bagi gue bisa bertemu langsung dengan mereka.
“Lo, suka nulis juga,
Don?” tanya Galih, setelah kita berkenalan.
“Iya Bang, ini gue
lagi aktif nulis gitu,” jawab gue mantap.
“Suka nulis apa?”
tanya dia lagi.
“Gue sih sukanya
komedi gitu. Biasanya, gue nulis di Blog,”
“Wah, boleh tuh, mention
aja ke Twitter kita. Biasanya, kita suka Blog Walking juga kok.”
Setelah puas berbincang dengan Galih dan membeli 3 buku,
yakni Idol Gagal, Tulang Rusuk Susu, dan Shitlicious, gue pun langsung keluar
dari pameran buku. Tujuan gue berikutnya, menghadiri book signing dari dua penulis baru, Andori dan Arie Je. Andori (@andori) penulis buku Doriyaki dan Arie Je (@ariejepro) penulis buku, Keset Kusut. Acaranya kebetulan
dilakukan di otudoor, hanya ditutupi
oleh sebuah tenda yang bagian kiri dan kanannya terbuka. Tapi sayang, setelah
sampai di sana ternyata acaranya baru saja selesai.
Sebetulnya, saat itu gue ingin memutuskan untuk segera
pulang. Namun, seketika gue mengurungkan niat tersebut. Tidak sengaja, gue
menemui sekumpulan orang baju hitam, berkumpul di belakang tenda, tempat
diadakannya book signing. Kalian tau,
siapa yang gue lihat? Gue melihat orang-orang yang gue follow di Twitter selama
ini, kini ada di hadapan gue. Di antaranya adalah Mbak Windy yang merupakan pimpinan
di Gagas Media. Lalu, ada Mbak Eli ,editor di Bukune. Yang di Twitter gue lebih
mengenalnya dengan, @RyAzzury. Ternyata, aslinya dia jauh lebih cowok dari yang
gue lihat di sosmed. Hehe.
Setelah itu, gue juga melihat ada Bang Edo atau @Edoding, ia
juga merupakan editor di Bukune. Pria pencinta kucing (baca: sama kayak gue) yang
terkadang suka ‘maksa’ tampil lucu di Twitter, walau sebenarnya dia tau, kalau itu
garing. But over all, i’m spechless. Gue
tidak mampu berkata-kata, ketika melihat mereka secara langsung. Orang yang
selalu gue stalking setiap hari di sosmed, karena tweet informatif mereka tentang dunia kepenulisan. Sampai akhirnya,
gue hanya terdiam menatap mereka dengan pandangan kagum, hingga mereka pergi
satu per satu. Ya, dari orang-orang seperti mereka lah, gue sedikit banyak
belajar mengenai cara menulis yang baik dan benar.
Ternyata benar kata pepatah, kalau jodoh pasti tidak akan ke
mana. Di saat gue akan melangkahkan kaki untuk pulang, tiba-tiba saja, ada
seorang perempuan dengan baju hitam turun dari mobil. Rambutnya pirang,
kulitnya putih, dan wajahnya begitu cerah bersinar. Bagaikan seorang Putri
Salju yang baru saja terbangun dari tidur panjangnya. Tidak lama setelah ia
turun, terdengar suara dari kejauhan, “Akhirnya,
seorang Clairine Clay datang juga!”
Clairine Clay? Sepertinya, gue pernah mendengar nama itu,
tapi siapa, ya? Oiya, gue baru ingat, gue mengenal nama itu dari Rafael. Teman
SD gue yang kini kuliah di Universitas Pelita Harapan. Bagi yang belum tau,
Clairine Clay adalah seorang penulis buku: Ketawa
Cantik Ala Miss Meme, terbitan dari penerbit Enter Media. Ia juga merupakan
pencetus dari munculnya Meme dengan
kata-kata yang mayoritas selalu membahas mantan, galau, dan move on. Biasanya, ia memposting hasil Meme-nya di IG: @clairineclay. Kalian pasti tau, kan?
Berhubung posisi gue berdiri dan tempat duduk Clairine Clay tidak terlalu jauh, akhirnya terbesit di pikiran untuk meminta foto bersama.
Namun, semuanya tidak semudah yang dibayangkan. Belum apa-apa, gue sudah merasa
minder duluan. Ya, gue merasa minder, karena dia begitu cantik dan ia merupakan
seorang ‘sosok’ yang terkenal. Enaknya, foto
atau nggak, ya? Gue pun memutuskan untuk menghitung kancing baju. Tapi,
karena saat itu gue hanya memakai jersey
bola, terpaksa gue menghitung kancing baju orang lain.
Ceritanya, lagi sibuk tanda tangan nih |
Dengan memberanikan diri, gue pun mendekati Clairine Clay yang
kala itu sedang sibuk menanda tangani puluhan bukunya. Dengan sedikit ragu,
lalu gue berkata: “Kak, boleh minta foto
bareng, gak?”Awalnya, gue mengira dia akan menjawab, “Maaf, gue lagi sibuk! Pliss, jangan ganggu, pergi jauh sana lo!” Namun,
ternyata gue salah. Dia begitu ramah dan sangat welcome sekali, seperti keset di depan kostan gue (baca: Welcome).
Bukan hanya foto bersama, tapi gue juga menyempatkan diri untuk ngobrol dengan Clairine Clay, loh!
“Kak Clairine, anak
UPH angkatan 2014, ya? Temen aku soalnya ada yang kuliah di sana,” ucap gue
membuka percakapan. Gue manggil dia Kak, padahal gue lebih tua setahun dari dia
:D
“Masak sih? Siapa
namanya?” jawabnya, dengan penuh penasaran.
“Namanya, Rafael. Dia
anak HI (Hubungan Internasional), angakatan 2014 juga. Kenal?” gue coba
menjelaskan.
“Wah, gak kenal tuh.
Kalau aku sih jurusannya DKV (Desain Komunikasi Visual),” jawabnya lagi, sambil
melemparkan senyuman simpul.
“Oh, gitu. Oiya, Kak
Clairine berarti tinggalnya di daerah Karawaci dong?”
“Iya, aku kost di dekat
situ,”
“Emang aslinya mana?”
“Aku orang Jakarta
sih, cuma jauh kalau dari rumah ke Karawaci,”
“Oh, aku juga ada tuh
saudara, rumahnya di Perum, belakang pas Lippo Karawaci,”
“Oiya? Wah, deket dong
berarti,”
“Hehe, iya deket banget.”
Dari percakapan terakhir itu, gue lalu pergi melipir dan
menjauh dari tenda tersebut. Gue pun meninggalkan seorang Clairine Clay bersama
Mamanya, yang sedang sibuk menanda tangani puluhan buku: Ketawa Cantik Ala Miss Meme. Kata siapa Clairine Clay sombong? Gue
sama sekali, tidak menemukan hal tersebut saat bertemu dia di Jakarta Book Fair. Ya, mungkin saat itu,
gue mendengar kalimat tersebut bukan dari orang yang mengenalnya, melainkan
dari haters-nya.
Perjalanan gue pun diakhiri dengan selfie bersama para penulis: Clairine Clay, Nadia Waw, Mariska Tracy,
Vabyo, beserta seluruh pengunjung lainnya yang hadir di Jakarta Book Fair sore itu. Keren!
Gue yang sebelah kiri dan gak pake kerudung, ya! |
~ For Bukune, Gagas
Media, and Clairine Clay, i hope, someday we can meet again. See u!
Jika ada yang ingin bertanya atau sekedar sharing, silahkan
isi comment box di bawah J
1 komentar:
widih.. keren gan, lain kali ajak2 dong :D
Post a Comment